SELAMAT DATANG DI IPAS ONLINE *** MEDIA KOMUNIKASI ANEUK NANGGROE *** "TINGGALKAN PESAN PADA HALAMAN INI " IKATAN PELAJAR ACEH SEMARANG (IPAS): Menunda Punahnya Bahasa Aceh

IPAS LOGO

Minggu, 13 Juni 2010

Menunda Punahnya Bahasa Aceh

Hasil penelitian sikap siswa terhadap penggunaan bahasa Aceh di lingkungan keluarga dan masyarakat adalah 74% siswa setuju bahasa Aceh digunakan dalam keluarga dan masyarakat dengan alasan memperjelas identitas suatu keluarga, terwarisi kepada semua anggota keluarga, lambang keintiman, lebih hormat dan bersahaja, lebih komunikatif, dan berciri khas. Sebaliknya, siswa yang tidak setuju (26%) beralasan, mempersempit wawasan, lambang kemunduran, sulit untuk mencapai kemajuan, dan bahasa Aceh hanya akan menimbulkan paham kedaerahan. Sikap siswa terhadap bahasa Aceh diajarkan di sekolah adalah 72% setuju dengan alasan, bahasa Aceh selama ini terpinggirkan oleh bahasa Indonesia, lambang kebanggaan daerah, ciri khas suatu daerah, bahasa Aceh dan bahasa Indonesia saling melengkapi, dan sebagai upaya pelestarian bahasa daerah. Sebaliknya, siswa tidak setuju (28%) beralasan, bahasa Aceh tidak begitu diperlukan karena sudah ada bahasa Indonesia, hanya memunculkan faham kedaerahan yang membawa kepada disintegrasi bangsa, hanya dikuasai suku tertentu saja, kurang komunikatif.
Sikap siswa terhadap orang tua berkewajiban mengajarkan bahasa Aceh kepada anaknya adalah 70% setuju dengan alasan, orang tua paling bertanggung jawab terhadap kelestarian bahasa daerah, hidup matinya bahasa Aceh sangat ditentukan oleh peranan orang tua, kebiasaan berbahasa anak sangat ditentukan oleh orang tuanya, orang tua merupakan orang pertama yang memperkenalkan bahasa kepada anaknya. Sebaliknya, siswa yang tidak setuju (30%) beralasan, biarkan anak memperoleh bahasa daerah dari lingkungannya, bahasa merupakan persoalan individu, dan hanya menjadi beban orang tua. Hasil penelitian ini memang memperlihatkan masih lebih tinggi sikap positif siswa (rata-rata 73%) terhadap bahasa Aceh, dibandingkan 27% yang bersikap negatif. Namun, angka 27% itu merupakan sinyal bahaya bagi kita semua ternyata bahasa Aceh mulai ditinggalkan oleh penutur aslinya. Dan ada kecenderungan persentase sikap negatif ini terus bertambah sebagaimana istilah Michel Krauss (Bahry, 2007) bahasa Aceh tergolong dalam tipologi endangered languages yaitu bahasa yang meskipun sekarang masih digunakan dan dipelajari, akan ditinggalkan penuturnya pada masa yang akan datang.

Comments :

0 komentar to “Menunda Punahnya Bahasa Aceh”


Posting Komentar