SELAMAT DATANG DI IPAS ONLINE *** MEDIA KOMUNIKASI ANEUK NANGGROE *** "TINGGALKAN PESAN PADA HALAMAN INI " IKATAN PELAJAR ACEH SEMARANG (IPAS)

IPAS LOGO

Senin, 11 Juli 2011

Bantuan Biaya Pendidikan Pemerintah Aceh Tahun 2011

Bantuan Biaya Pendidikan Pemerintah Aceh Tahun 2011

Pemerintah Aceh menyediakan bantuan pendidikan untuk masyarakat aceh yang sedang dalam program S-1, S-2 dan S-3, baik di dalam dan luar aceh maupun di luar negeri, dengan syarat-syarat sebagai berikut :

  1. Membuat permohonan secara perorangan kepada Pemerintah Aceh c/q Lembaga Peningkatan Sumber Daya Manusia (LPSDM) Aceh, dengan melampirkan dokumen sebagai berikut :

    • Mengisi Formuli LPSDM dan Daftar Riwayat Hidup, download disini (Daftar Riwayat Hidup & Formulir LPSDM).
    • Fotokopi Kartu Mahasiswa
    • Fotokopi Kartu Tanda Penduduk Warga Aceh
    • Fotokopi Kartu Keluarga warga Aceh
    • Surat keterangan masih aktif kuliah tahun 2011 dari pimpinan fakultasi (asli), semua difile permohonan dari UNDIP bisa di download disini.
    • Transkrip nilai tahun akademik 2011 (asli), kecuali dokter specialis. Kalau ada universitas tertentu yang tidak mengeluarkan transkrip nilai, hendaknya ada keterangan dari universitas tersebut atau laporan akademiknya disahkan oleh penasihat akademik
    • Fotokopi bukti pembayaran SPP semester terakhir (dilegarisir universitas)
    • Fotokopi buku rekening bank atas nama sendiri dan masih aktif serta online pada salah satu bank (Bank Aceh, Bak BNI 1946, Bank Mandiri, Bank BRI yang online)
    • Pasfoto berwarna ukuran 3x4 cm 1 lembar
    • Untuk surat permohonan, nama dan alamat harus sama dengan buku rekening bank
  2. Semua dokumen dikirim ke alamat : Kantor LPSDM Aceh Komplek Kantor Gubernur Aceh, Lantai 3 Biro Keistimewaan dan Kesejahteraan Rakyat Setda Aceh, Jln. T.Nyak Arief no. 219 Banda Aceh, setiap hari kerja, dari hari Senin s/d Jumat. Pukul 08.00 s/d 12.00 WIB.
  3. Usia untuk mahasiswa S-1 maksimal 25 tahun, S-2 Maksimal 40 tahun dan S-3 maksimal 45 Tahun
  4. Bantuan pendidikan diberikan hanyak untuk mahasiswa S-1, S-2 dan S-3 PTN dan PTS yang program studinya terakreditasi, minimum sudah kuliah 1(satu) semester. Untuk PTN minimal IPK2.75 dan PTS minimal IPK 3.00
  5. Bantuan biaya pendidikan ini tidak diberikan kepada :
    • Mereka yang telah menerima bantuan serupa dari Pemerintah Aceh selama tiga kali untuk S-1, dua kali untuk S-2
    • Mereka dengan status tugas belajar yang telah mendapatkan bantuan dari Badan Kepegawaian, Pendidikan dan Pelatihan Aceh, pemko dan pemkab, dan PTN di Aceh yang dananya bersumber dari APBA dan APBK, dibuktikan dengan surat keterangan dari lembaga/universitas yang bersangkutan dan bertanggung jawab secara hukum.
  6. Masa penerimaan permohonan dimulai sejak pengumuman ini dikeluarkan (senin, 11 Juli 2011) dan ditutup tanggal 9 September 2011. Khusus pemohonan yang dikirim melalui pos dapat diterima sampai tanggal 9 September 2011 (stempel pos).
  7. Permohonan yang tidak lengkap dan yang diterima setelah masa pengumuman ini tidak akan diproses, serta berkas menjadi dokumen LPSDM Aceh.
  8. Keputusan tim seleksi Bantuan Biaya Pendidikan bersifat final dan mengikat, tidak dapat digangu gugat.
  9. Bagi yang sudah mengajukan berkas sebelum tanggal pengumuman ini dikeluarkan, agar mengajukan kembali berkasnya dan menyesuaikan dengan syarat-syarat yang tercantum dalam pengumuman ini.
Banda Aceh, 11 Juli 2011
LPSDM Aceh
Panitia

Sumber
Source

Dapat juga dilihat disini.

Senin, 25 Oktober 2010

Pocut Meurah Intan Biheu

Pocut Meurah Intan adalah puteri keturunan keluarga bangsawan dari kalangan kesultanan Aceh. Ayahnya Keujruen Biheue. Pocut Meurah merupakan nama panggilan khusus bagi perempuan keturunan keluarga sultan Aceh. Ia juga biasa dipanggil dengan nama tempat kelahirannya. Biheue adalah sebuah kenegerian atau ke-uleebalangan yang pada masa jaya Kesultanan Aceh berada di bawah Wilayah Sagi XXXI Mukim, Aceh Besar. Setelah krisis politik pada akhir abad ke-19, kenegerian itu menjadi bagian wilayah XII mukim : Pidie, Batee, Padang Tiji, Kale dan Laweueng.

Suami Pocut Meurah Intan bernama Tuanku Abdul Majid, Putera Tuanku Abbas bin Sultan Alaidin Jauhar Alam Syah. Tuanku Abdul Majid adalah salah seorang anggota keluarga Sultan Aceh yang pada mulanya tidak mau berdamai dengan Belanda. Karena keteguhan pendiriannya dalam menentang Belanda, ia disebut oleh beberapa penulis Belanda sebagai perompak laut, pengganggu keamanan bagi kapal-kapal yang lewat di perairan wilayahnya, sebutan ini berkaitan dengan profesi Tuanku Abdul Majid sebagai pejabat kesultanan yang ditugaskan untuk mengutip bea cukai di pelabuhan Kuala Batee. Dari perkawinan dengan Tuanku Abdul Majid, Pocut Meurah Intan memperoleh tiga orang putera, yaitu Tuanku Muhammad yang biasa dipanggil dengan nama Tuanku Muharnmad Batee, Tuanku Budiman, dan Tuanku Nurdin.

Perlawanan terhadap Belanda.

Dalam catatan Belanda, Pocut Meurah Intan termasuk tokoh dari kalangan kesultanan Aceh yang paling anti terhadap Belanda. Hal ini di sebutkan dalam laporan colonial "Kolonial Verslag tahun 1905", bahwa hingga awal tahun 1904, satu-satunya tokoh dari kalangan kesultanan Aceh yang belum menyerah dan tetap bersikap anti terhadap Belanda adalan Pocut Meurah Intan. Semangat yang teguh anti Belanda itulah yang kemudian diwariskannya pada putera-puteranya sehingga merekapun ikut terlibat dalam kancah peperangan bersama-sama ibunya dan pejuang-pejuang Aceh lainnya.

Berperang bersama putera-puteranya.

Setelah berpisah dengan suaminya yang telah menyerah kepada Belanda Pocut Meurah Intan mengajak putera-puteranya untuk tetap berperang. Ketika pasukan Marsose menjelajahi wilayah XII mukim Pidie dan sekitarnya, dalam rangka pengejaran dan pelacakan terhadap para pejuang, Pocut Meurah Intan terpaksa melakukan perlawanan secara bergerilya. Dua diantara ketiga orang puteranya, Tuanku Muhammad Batee dan Tuanku Nurdin, menjadi terkenal sebagai pemimpin utama dalam berbagai gerakan perlawanan terhadap Belanda. Mereka menjadi bagian dari orang-orang buronan dalam catatan pasukan Marsose.

Tertangkapnya Tuanku Muhammad Batee.

Pada bulan Februari 1900, Tuanku Muhammad Batee tertangkap oleh satuan Marsose Belanda yang beroperasi di wilayah Tangse, Pidie. Pada tanggal 19 April 1900, karena dianggap berbahaya, Tuanku Muhammad Batee dibuang ke Tondano, Sulawesi Utara, dengan dasar Surat Keputusan Pemerintah Hindia Belanda No. 25. pasal 47 R.R.

Tertangkapnya Pocut Meurah Intan.

Peningkatan intensitas patroli Belanda juga menyebabkan tertangkapnya Pocut Meurah Intan dan kedua puteranya oleh pasukan Marsose yang bermarkas di Padang Tiji. Namun, sebelum tertangkap ia masih sempat melakukan perlawanan yang amat mengagumkan pihak Belanda. la mengalami luka parah, dua tetakan di kepala, dua di bahu, satu urat keningnya putus, terbaring di tanah penuh dengan darah dan lumpur laksana setumpuk daging yang dicincang-cincang. Pada luka-lukanya itu disapukan setumpuk kotoran sapi, keadaannya lemah akibat banyak kehilangan darah dan tubuhnya menggigil, ia mengerang kesakitan, luka-lukanya telah berulat. Mulanya ia menolak untuk dirawat oleh pihak Belanda, akhirnya ia menerima juga bantuan itu. Penyembuhannya berjalan lama, ia menjadi pincang selama hidupnya.

Dimasukkan ke dalam penjara.

Pocut Meurah Intan sembuh dari sakitnya; bersama seorang puteranya, Tuanku Budiman, ia dimasukkan ke dalam penjara di Kutaraja. Sementara itu, Tuanku Nurdin, tetap melanjutkan perlawanan dan menjadi pemimpin para pejuang Aceh di kawasan Laweueng dan Kalee. Pada tanggal 18 Februari 1905, Belanda berhasil menangkap Tuanku Nurdin di tempat persembunyiannya di Desa Lhok Kaju, yang sebelumnya Belanda telah menangkap isteri dari Tuanku Nurdin pada bulan Desember 1904, dengan harapan agar suami mau menyerah. Tuanku Nurdin tidak melakukan hal tersebut.

Diasingkan ke blora

Setelah Tuanku Nurdin di tahan bersama ibunya, Pocut Meurah Intan dan saudaranya Tuanku Budiman dan juga seorang keluarga sultan yang bernama Tuanku Ibrahim di buang ke Blora (Rembang) di Pulau Jawa berdasarkan Surat Keputusan Pemerintah Hindia Belanda, tanggal 6 Mei 1905, No. 24. Pocut Meurah Intan berpulang ke-rakhmatullah pada tanggal 19 September 1937 di Blora, Jawa Tengah. Nama Pocut memang akrab di telinga masyarakat Blora. Namun, begitu melihat makamnya, siapa pun akan merasa miris dinding makamnya terkelupas. Sedangkan di sekelilingnya, makam warga biasa dibangun mentereng, lengkap dengan pagar pembatas. Makam Pocut juga nyaris tak pernah dikunjungi orang, tak seperti layaknya makam pahlawan.

Kondisi makam saat ini

Dalam enam tahun terakhir ini kondisi makam Pocut Meurah Intan masih seperti biasa layaknya makam-makam yang lain. Kondisi ini berdasarkan hasil dari peninjauan langsung ke lokasi makam saat berziarah yang merupakan program setiap tahunnya yang dilakukan oleh Ikatan Pelajar Aceh Semarang (IPAS) dan Ikatan Masyarakat Aceh semarang (IMAS)

Dengan itu kami sebagai putra-putri Aceh yang turut berpartisipasi menjaga kelestarian dan kelangsungan sejarah Aceh, kami dari Ikatan Pelajar Acah Semarang IPAS dan Ikatan Masyarakat Aceh Semarang IMAS, bertekat menyampaikan hal ini kepada Pemerintah Aceh yang pasti memiliki tekat yang sama dan merealisasikan pembangunan rumah makam Pocut Meurah Intan sebagai mana layaknya makam pahlawan-pahlawan Aceh lainnya.

Respon Pemerintah Aceh

Berdasarkan surat yang telah di sampaikan kepada Pemerintah Aceh tanggal 23 Januari 2010, perihal Bantuan Pemugaran Makam Pocut Meurah Intan. Yang meminta kepada Pemerintah Aceh untuk turut berpartisipasi dalam menjalankan salah satu tanggung jawabnya untuk menjaga dan memelihara situs sejarah Aceh yang berada di luar Aceh salah satunya yang ada di Jalan Kartini, Desa Belik, Kecamatan Blora, Kabupaten Blora, Provinsi Jawa Tengah

Pada bulan April 2010 berdasarkan surat yang telah kami kirimkan, Pemerintah Aceh telah mengutuskan salah satu staf bagian keistimewaan Aceh yaitu Bpk.Baharudin. Untuk meninjau langsung letak lokasi dan keadaan makam Pocut Meurah Intan. Dilokasi pemakaman, selain makam Pocut Meurah Intan ada juga makam pejuang aceh lainnya yaitu putra dan kerabat Almarhumah.

Dalam kunjungan yang dilakukan oleh perwakilan Pemerintah Aceh, Bpk.Baharudin. Beliau telah melaporkan hasil peninjauannya dan telah mendapat respon yang sangat baik. Selanjutnya proses dan rencana pemugaran makam Pocut Meurah Intan telah di serahkan kepada IPAS dan IMAS. Dengan respon positif dari Pemerintah Aceh sampai sekarang ini semoga proses pemugaran makam-makam pahlawan Aceh di Blora, Jawa Tengah bisa selesai sampai akhir tahun ini.

Sabtu, 02 Oktober 2010

Bupati Akmal Menyerah (Sumber : serambinews.com)

BLANGPIDIE - Ketegangan antara eksekutif dengan legislatif di Kabupaten Aceh Barat Daya (Abdya) terkait posisi sekretaris dewan (sekwan) tampaknya segera berakhir dengan kebijakan Bupati Akmal Ibrahim mengganti 153 pejabat di jajarannya, termasuk Sekwan Indra Sukma SH yang selama ini sangat ditentang oleh pihak dewan. Menandai penggantian Indra Sukma dengan pejabat baru, H Husaini Haji SPd, segel pintu ruang kerja sekwan pun dibuka.

Pelantikan 153 pejabat eselon IV, eselon III, dan eselon II di jajaran Pemkab Abdya berlangsung Jumat (1/10) di lobi utama Setdakab Abdya di Blangpidie. Mutasi kali ini merupakan yang terbesar dalam empat bulan terakhir, setelah pada 11 Mei lalu Akmal juga mengganti 76 pejabat.

Rincian pejabat yang diterpa gelombang mutasi kali ini terdiri empat pejabat eselon II, 32 eselon III, dan 117 eselon IV. Dalam paket tersebut termasuk tiga pejabat eselon III dinonjobkan, masing-masing Camat Susoh T Admizar, Kabid Dayah pada Dinas Pendidikan Husni RA SPd, dan Sekretaris Kecamatan Blangpidie Saifuddin.

Menurut data, beberapa pejabat yang dimutasi kali ini merupakan yang dilantik pada 11 Mei lalu, di antaranya Sekretaris DPRK Abdya Indra Sukma SH yang menyerahkan jabatannya kepada H Husaini Haji SPd yang sebelumnya menjabat Kadis Sosial dan Tenaga Kerja. Sedangkan Indra mendapat posisi baru sebagai Asisten Ekonomi dan Pembangunan (Ekobang) Setdakab Abdya menggantikan Drs Alfar Hasan yang menjadi Kadis Pengelola Keuangan dan Kekayaan Daerah (PKKD) mengantikan T Iskandar SE dimutasi sebagai Staf Ahli Bidang Perhubungan dan Informasi.

Penggantian Indra Sukma mendapat perhatian besar, termasuk dari kalangan pers. Sebab, penempatan Indra Sukma sebagai Sekretaris DPRK Abdya pada pertengahan Mei lalu langsung ditentang oleh kalangan dewan sehingga menimbulkan ketegangan panjang antara Bupati Akmal dengan lembaga terhormat itu. Puncaknya, pada 12 Agustus 2010, DPRK memalang pintu ruang kerja sekwan.

Segel dibuka
Setelah prosesi pelantikan dan menerima ucapan selamat, Sekretaris DPRK Abdya yang baru, H Husaini Haji segera menuju ke Gedung DPRK dan kehadirannya disambut unsur pimpinan bersama anggota dewan. Diwarnai senyuman dan suasana akrab, rombongan berjalan menuju ruang rapat melakukan pertemuan.

Pertemuan dihadiri Wakil Ketua DPRK Drs Rusman Alian dan Elizar Lizam SE serta para ketua komisi dan sejumlah anggota. Usai pertemuan, Pimpinan DPRK bersama anggota menuju ruang kerja sekwan yang pintunya masih tetap terpalang. Sejumlah anggota dewan segera membuka beberapa lembar papan yang dipaku pada kusen pintu. Prosesi itu berlangsung sekitar pukul 12.00 WIB.

Bukan mengantar kopi
Sebelumnya, ketika berpidato pada acara pelantikan 153 pejabat di jajarannya, Bupati Akmal Ibrahim mengingatkan secara khusus kepada H Husaini Haji sebagai sekwan yang baru bahwa tugas yang diemban adalah mengurus lembaga politik. “Tugas saudara nantinya antara lain melayani, tapi bukan dalam artian mengantar kopi, melainkan melayani kelancaran tugas dewan secara kelembagaan, bukan pribadi,” tandas Akmal.

Bupati Akmal Ibrahim juga menyampaikan terima kasih kepada Indra Sukma SH karena dinilai sukses melaksanakan tugas sebagai sekwan. “Saudara telah sukses menyelesaikan sekitar 95 persen masalah di sana (di sekretariat dewan) dan tentunya sisanya akan menjadi tugas pejabat baru,” kata Akmal.

Akmal juga mengingatkan pejabat baru agar memberdayakan staf. “Jangan pekerjaan yang memiliki ‘mata air’ dikerjakan sendiri dan pekerjaan ‘air mata’ dikerjakan bawahan. Para staf juga tidak mendahului atasan sebagaimana beberapa laporan yang diterima belakangan ini,” demikian Akmal Ibrahim.(nun)

Minggu, 13 Juni 2010

Menunda Punahnya Bahasa Aceh

Hasil penelitian sikap siswa terhadap penggunaan bahasa Aceh di lingkungan keluarga dan masyarakat adalah 74% siswa setuju bahasa Aceh digunakan dalam keluarga dan masyarakat dengan alasan memperjelas identitas suatu keluarga, terwarisi kepada semua anggota keluarga, lambang keintiman, lebih hormat dan bersahaja, lebih komunikatif, dan berciri khas. Sebaliknya, siswa yang tidak setuju (26%) beralasan, mempersempit wawasan, lambang kemunduran, sulit untuk mencapai kemajuan, dan bahasa Aceh hanya akan menimbulkan paham kedaerahan. Sikap siswa terhadap bahasa Aceh diajarkan di sekolah adalah 72% setuju dengan alasan, bahasa Aceh selama ini terpinggirkan oleh bahasa Indonesia, lambang kebanggaan daerah, ciri khas suatu daerah, bahasa Aceh dan bahasa Indonesia saling melengkapi, dan sebagai upaya pelestarian bahasa daerah. Sebaliknya, siswa tidak setuju (28%) beralasan, bahasa Aceh tidak begitu diperlukan karena sudah ada bahasa Indonesia, hanya memunculkan faham kedaerahan yang membawa kepada disintegrasi bangsa, hanya dikuasai suku tertentu saja, kurang komunikatif.
Sikap siswa terhadap orang tua berkewajiban mengajarkan bahasa Aceh kepada anaknya adalah 70% setuju dengan alasan, orang tua paling bertanggung jawab terhadap kelestarian bahasa daerah, hidup matinya bahasa Aceh sangat ditentukan oleh peranan orang tua, kebiasaan berbahasa anak sangat ditentukan oleh orang tuanya, orang tua merupakan orang pertama yang memperkenalkan bahasa kepada anaknya. Sebaliknya, siswa yang tidak setuju (30%) beralasan, biarkan anak memperoleh bahasa daerah dari lingkungannya, bahasa merupakan persoalan individu, dan hanya menjadi beban orang tua. Hasil penelitian ini memang memperlihatkan masih lebih tinggi sikap positif siswa (rata-rata 73%) terhadap bahasa Aceh, dibandingkan 27% yang bersikap negatif. Namun, angka 27% itu merupakan sinyal bahaya bagi kita semua ternyata bahasa Aceh mulai ditinggalkan oleh penutur aslinya. Dan ada kecenderungan persentase sikap negatif ini terus bertambah sebagaimana istilah Michel Krauss (Bahry, 2007) bahasa Aceh tergolong dalam tipologi endangered languages yaitu bahasa yang meskipun sekarang masih digunakan dan dipelajari, akan ditinggalkan penuturnya pada masa yang akan datang.

Rabu, 09 Juni 2010

Lowongan Bank Mandiri ACEH 2010/2011

Lowongan Kerja PT. BANK MANDIRI (Persero) Tbk Medan, Aceh Batas lamaran: juni 13, 2010 lulusan d3

Bank Mandiri, Bank terbesar di Indonesia mencari tenaga profesional di bidang pemasaran kredit konsumtif yang akan bekerja di bawah authorized sales agency untuk mengisi posisi :

Sales Officer

Persyaratan :

* Pendidikan min. D3, IPK min. 2.5
* Usia max. 30 thn
* Bersedia ditempatkan di Banda Aceh, Lhokseumawe, Langsa, Takengon, dan Bireun

Benefit :

* Tunjangan tetap, Komisi, Bonus, Asuransi Kesehatan, Jamsosotek, Training, Jenjang Karir yang pasif, hadiah sales program yang menarik berupa : program pemilikan mobil, sepeda motor, liburan gratis bersama keluarga, serta hadiah liburan ke luar negeri.

Kirimkan aplikasi lamaran disertai CV, 2 (dua) lembar pas foto, foto copy KTP, foto copy Ijazah dan transkrip nilai terakhir. Paling lama 13 Juni 2010 ke :

Sales Center Consumer Loans Medan
PT. BANK MANDIRI (Persero) Tbk
Jl. Balai Kota No. 12-14 Medan 20111

Kamis, 03 Juni 2010

Selamat jalan Hasan Tiro


BANDA ACEH - Deklarator Gerakan Aceh Merdeka (GAM) Hasan Tiro meninggal dunia dikelilingi para sahabatnya di Rumah Sakit Umum Zainoel Abidin.

Sebelum dinyatakan tutup usia, sahabat-sahabat Hasan Tiro yang juga petinggi GAM, yaitu Malek Mahmud dan Zaini Abdullah, dipanggil ke ruang perawatan oleh dokter.

"Hasan Tiro sudah meninggal pada pukul 12.02 WIB," kata mantan petinggi GAM, Malek Mahmud, yang ditemui di Rumah Sakit Umum Zainoel Abidin (RSUZA) Banda Aceh, Kamis (3/6/2010).

Seusai pemberitahuan tersebut, Malek Mahmud langsung memerintahkan membentuk panitia untuk mengurus proses persemayaman Hasan Tiro.
Kondisi kesehatan Hasan Tiro menurun sejak Rabu (2/6/2010) malam. "Kondisi kesehatan Hasan Tiro terus menurun, tekanan darahnya hanya 70/40 dan trombosit 20.000," kata Wakil Direktur RSU Zainoel Abidin dr Andalas.

Hasan Tiro sudah lebih dari sepekan dirawat di ruang intensif RSUZA karena kondisi kesehatannya memburuk. Ia menderita infeksi paru-paru.

Gam Cantoy Today

ACEH CORNER

Sejarah Aceh
Aceh merupakan negeri yang amat kaya dan makmur pada masanya. Menurut seorang penjelajah asal Perancis yang tiba pada masa kejayaan Aceh di zaman Sultan Iskandar Muda Meukuta Perkasa Alam, kekuasaan Aceh mencapai pesisir barat Minangkabau. Kekuasaan Aceh pula meliputi hingga Perak. Seri Sultan Iskandar Muda kemudian menikah dengan seorang Puteri dari Kesultanan Pahang.[...]

Masukkan Email Mu:

Delivered by IPAS ONLINE

HEALTH CORNER

Semua mahluk hidup memerlukan istirahat setelah melakukan aktivitas / kegiatan, karena aktivitas tersebut menggunakan jaringan sel hidup sehingga akan timbul kerusakan pada jaringan tersebut, istirahat ini bertujuan untuk memperbaiki kerusakan yang dimaksud. Selama kita tidur, tubuh mengganti sel-sel yang rusak dengan yang baru dan limbah serta uap kotor yang terjadi pun dibuang. Tidur ini tidak hanya diperlukan oleh manusia dan hewan saja, tumbuh-tumbuhan pun memerlukannya. Sebagai contoh saja, pada siang hari tumbuhan bunga matahari daun-daun kelopak bunganya terbuka dan menutup kembali pada waktu senja menjelang malam hari. [...]

GADGET INFO

Speaker yang membantu anda mendengarkan musik dengan iPod anda ketika berada di kolam renang telah datang. Dari Grace Digital Audio speaker yang disebut Aqua Sounders ini tercipta. Aqua Sounders ini bisa terapung di air. Anda pasti baru dengar yang seperti ini. Dilengkapi juga dengan cahaya LED mood yang akan memberi efek indah di kolam renang anda. Aqua Sounders transmission dapat mencapai 150 kaki dan dapat digunakan dengan tenaga baterai. [...]

TAG CLOUD

Blogumulus by Roy Tanck and Amanda Fazani

MY PROFILE

LINK EXCHANGE

ipas-online

RECENT POST

Image Hosted by ImageShack.us

PUSAT JURNAL

rii doaj jstage worldbank
 

ABOUT US

Foto saya
IPAS merupakan organisasi yang bersifat kepemudaan, kedaerahan, dan kekeluargaan yang berperan sebagai wadah untuk memperkuat rasa persaudaraan san silaturrahmi warga Aceh.

RECENT POST