SELAMAT DATANG DI IPAS ONLINE *** MEDIA KOMUNIKASI ANEUK NANGGROE *** "TINGGALKAN PESAN PADA HALAMAN INI " IKATAN PELAJAR ACEH SEMARANG (IPAS): Seni Dalam Pembelajaran

IPAS LOGO

Jumat, 03 Juli 2009

Seni Dalam Pembelajaran

SENI adalah hasil kreasi dan kreatifitas yang diolah secara halus dan sederhana. Perwujudan seni tergerai dari dinamika proses intuitif dan logika kemanusian, diwujudkan melalui ketekunan dan kehalusan budi, yang sangat ditentukan oleh ilmu, moral dan ketakwaan manusianya terhadap sang pencipta. Ini dasar dalam proses pembelajarannya. Tak sekedar terampil sebagai musisi, penari, perupa, dramatur, atau sastrawan, tapi lewat seni mampu mencapai kedewasaan akhlak dan tabiat seorang.

Sepatutnya dasar pembelajaran seni ini diterapkan dalam kompleksitas formal mulai pendidikan PAUD hingga perguruan tinggi. Di sinilah perlunya perhatian dan apresiasi pentingnya pendidikan seni sehingga mampu menunjang keberhasilan pembelajaran seni di jenjang pendidikan dasar dan menengah di Aceh, tidak sekedar bidang ilmu tetapi juga memiliki keterampilan.

Agaknya kita perlu menegok bagaimana institusi pendidikan dasar dan menengah di wilayah sekitar Jakarta, Jogja, Bandung, dan Bali melaksanakan pendidikan dan pengajaran seni di sekolah. Di empat daerah itu pembelajaran seni demikian maju, bahkan di sekolah desa-pun tersedia guru seni dari berbagai kompetensi disiplin seni, seperti: sastra, teater, tari, musik, rupa, dan keterampilan seni berbasis komputer. Pembelajaran seni meluas dan bersinergi dalam pembelajaran disiplin ilmu lainnya.

Apresiasi atas pembelajaran seni masih memprihatinkan di Aceh. Satu-satunya keberadaan lembaga pendidikan tinggi seni (Jurusan Pendidikan Seni FKIP Unsyiah) belum diberi peluang dan perhatian untuk bisa berkiprah. Padahal lewat seni kita mampu menghargai terhadap segala nilai estetis sebuah karya seni, semisal keindahan seni arsitektur Aceh masa lampau, atau monumental arsitektur modern serupa meseum tsunami Aceh.
Banyak gagasan telah dilahirkan bagaimana membangun kehidupan berkesenian di Aceh. Kita ingat gagasan tahun 1972 oleh para intelektual, seniman, dan budayawan Aceh yang menitipkan kepada (pejabat) Universitas Syiah Kuala untuk supervisi sebuah pendirian Insitut Aceh yang di dalamnya termasuk penjurusan Bahasa dan literatur Aceh, kajian Adat dan Sejarah Aceh, Antropologi, Seni, Museum, Perpustakaan, dan Penerbitan Media. (Keputusan-keputusan Seminar Kebudayaan PKA II, 1972). Namun sudah 36 gagasan itu terbengkalai. Semua pribadi yang terlibat dalam melahirkan Keputusan-keputusan Seminar Kebudayaa PKA II tahun 1972 tersebut, baik perorangan maupun melalui (semisal melalui Dewan Kesenian Aceh yang juga dicetuskan pertamakalinya di saat yang sama) selalu konsisten terhadap amanah yang telah diputuskan.

Karenanya kita salut atas inisiatif IKA Bener yang akan membangun pendidikan tinggi khusus seni di Aceh Diharapkan IKA Bener Meriah akan efektif untuk mengimbangi segala ketertinggalan atas kualitas pembelajaran seni untuk segala jenjang institusi pendidikan formal Aceh. Kita paham bahwa ikhtiar pendirian IKA Bener Meriah ini adalah satu proses yang masih sangat mula, walau mungkin dapat menutupi kesekaratan pengembangan jurusan Pendidikan Seni FKIP Unsyiah. Setidaknya, dalam masa empat tahun kedepan, jurusan ini masih merupakan lembaga yang bertanggungjawab atas keberhasilan pendidikan dan pengajaran seni untuk pendidikan dasar dan menengah di Aceh. Namun tanpa partisipasi masyarakat atau pemerintahan dipastikan hanya jadi isapan jempol semata. Karenanya kebijaksanaan otoritas Unsyiah - sebagai lembaga induk, perlu mempertimbangkan re-orientasi jurusan Pendidikan Seni yang sejalan pertumbuhan dan kebutuhan akademisi seni. Juga perlu produktif melahirkan karya-karya penelitian ilmiah yang lebih dari sekedar melestarikan dan mengembangkan keistimewaan seni dalam peradaban Aceh ini. Dan tuntutan akademisi seni Aceh masa depan seharusnya mampu mengimbangi keahlian dan ketrampilan praktisi seni dunia saat ini, sebagai bagian dalam proses perkembangan kebudayaan maupun dalam perkembangan industri seni

Diperlukan proses bertahun untuk mengakuratkan segala sinergi yang dapat dikembangkan bagi capaian paripurna atas idealisme utama dari komitmen mendirikan IKA Bener Meriah. Perlu waktu yang cukup bagi IKA Bener Meriah memenuhi standar kualitas yang diharapkan. Sementara dalam kelembagaan Unsyiah, perlu evaluasi keberadaan atas penjurusan Pendidikan Seni Unsyiah yang saat ini di bawah paying FKIP Unsyiah berkait dengan ide penyelenggaraan pendidikan tinggi seni dan budaya untuk Aceh sebagaimana diamanahkan berdirinya Institut Aceh. Kiranya penyatuan Jurusan Pendidikan Seni Unsyiah sekarang dalam kekerabatan disiplin ilmu sosial dan humaniora seperti: ilmu Bahasa dan Sastra, Sejarah, Agama, Filsafat, Antropologi dan Komunikasi, dalam semisal Fakultas Seni dan Humaniora harus dijadikan pertimbangan para pakar dan guru besar di Unsyiah.

Adanya Fakultas Seni dan Humaniora Unsyiah akan menjadi alternatif yang terdekat dan layak untuk studi lanjut para lulusan IKA Bener Meriah ke depan. Harapan bentuk kolaborasi di perguruan tinggi serupa ini sudah sejak lama terjalin pada perguruan tinggi nasional lain seperti ISI Jogja dan Universitas Gajah Mada (UGM) dengan program Master dan Doktor bidang Kajian dan Penciptaan seni di Fakultas Budaya UGM, atau IKJ dan Universitas Indonesia (UI) dengan program Master dan Doktor bidang Humaniora di Fakultas Ilmu Budaya UI.

Yang pasti, ide penyelenggaraan pendidikan dan pengajaran seni di segala jenjang institusi pendidikan formal, non formal, maupun informal di Aceh sedianya dapat sejalan dengan: (1) Ikhtiar Pelestarian Keistimewaan Aceh dalam Seni, Budaya dan Peradaban; (3) Searah dengan landasan pembaruan Aceh demi kualitas hidup masarakat Aceh yang lebih mandiri, aman, beradab, dan sejahtera; dalam wilayah kompetensi profesionalisme seni di bidang pendidikan, penelitian, penyajian, dan penciptaan seni.
Disadur dari : Serambinews.com

Comments :

0 komentar to “Seni Dalam Pembelajaran”


Posting Komentar